Kamis, 23 Oktober 2014

SYNDICATE STORE



KUNJUNGI SEGERA !!  official fans store 

merchandise Curva Nord Syndicate di 

SyndicateStore yang beralamat di  JL. Wahid 

Hasyim No 135 Jepara.

info & Order online : 089626901954

Twitter : @Syndicate_Store





Selasa, 21 Oktober 2014

CASUALS




Casuals merupakan salah satu bagian dari budaya didalam sepak bola, yang identik dengan hooligansime dan pakaian-pakaian mahal bermerek. Sub kultur ini lahir pada akhir dekade 70-an, di Britania Raya, dimana ketika itu banyak para hooligan klub-klub sepak bola, mulai mengenakan pakaian-pakaian mahal untuk menghindari perhatian polisi. Mereka tidak lagi mengenakan atribut-atribut beraroma logo-logo klub kesayangan, agar tidak dikenali, sehingga lebih mudah untuk menyusup kelompok musuh dan untuk masuk kedalam pub.

Jenis-jenis musik yang disukai oleh para Casuals pada akhir dekade 70-an adalah Oi!, Mod, dan Ska. Tak heran, karena beberapa Casuals itu merupakan pengikut dari sub kultur skinhead, mod, dan rude boy. Pada era 80-an, selera musik Casuals bersifat eklektik alias campur-campur. Pada akhir dekade 80-an dan 90-an awal, mereka cenderung menyukai scene Madchester (co: The Stone Roses), dan Rave. Dan di era 90-an saat sub kultur alternatif baru yang bernama Britpop, yang digunakan untuk melawan arus Grunge, para Casuals ini pun menjadi penggemar Britpop.

Ada pengaruh kuat dari budaya Rave terhadap Casuals, rave sendiri cenderung menyerukan perdamaian, sehingga banyak dari Casuals ini yang mengenakan pakaian-pakaian khas mereka, namun justru menjauhkan diri dari tindak hooliganisme. Kadang-kadang banyak band-band yang bergaya Casuals saat dipanggung dan dalam sesi pemotretan, seperti yang dilakukan Damon Albarn dan kawan-kawan di BLUR dalam video “Parklife” Sejak itu Brutal pop khas BLUR (kadang disebut juga indie rock) telah menjadi jenis musik yang paling disukai oleh Casuals.

SEJARAH

Sejak pertengahan dekade 50-an, para pendukung sepak bola di Inggris sudah mulai terpengaruh dengan gaya berpakaian Teddy Boys, yang tumbuh pada masa itu. Dan asal-usul budaya Casuals sendiri dapat dilihat dalam sub kultur Mod pada awal 60-an. Para pemuda pengikut sub kultur Mod, mulai membawa gaya berpakaiannya ke dalam teras sepak bola. Kemudian pengikut-pengikut sub kultur lain seperti Skinhead juga membawa gaya berpakaiannya kedalam teras sepak bola.

Ditandai dengan kebangkitan sub kultur Mod pada akhir 70-an, Casuals mulai tumbuh dan berubah setelah pendukung Liverpool, memperkenalkan merek-merek fashion Eropa yang mereka peroleh saat menemani klub kesayangan mereka melawan klub Perancis, Saint Etienne. Para pendukung Liverpool yang menemani klub kesayangan mereka menjalani laga melawan klub-klub Eropa, pulang ke Inggris dengan membawa pakaian-pakaian bermerek dari Italia dan Perancis, yang mereka jarah dari toko-toko.

Pada saat itu, para polisi masih fokus para pendukung yang bergaya Skinhead, dengan sepatu bot khasnya, Dr. Martens, dan tidak memperhatikan para penggemar yang menggunakan pakaian-pakaian mahal karya desainer-desainer ternama. Para pendukung Liverpool kemudian membawa lagi merek-merek pakaian yang tidak pernah dijumpai sebelumnya di Inggris. Dan para pendukung klub-klub lain pun mulai memburu merek-merek Eropa yang masih langka di Inggris. Adapun para pendukung Liverpool masih identik dengan Lacoste Shirt dan Adidas Training hingga saat ini.

Label pakaian yang terkait dengan Casuals pada tahun 1980 meliputi: Edinburgh Woollen Mill, Fruit of the Loom, Fila, Stone Island, Fiorucci, Pepe, Benetton, Sergio Tacchini, Ralph Lauren, Henri Lloyd, Lyle & Scott, Adidas, CP Company, Ben Sherman, Fred Perry, Lacoste, Kappa, Pringle, Burberry dan Slazenger. Trend berpakaian terus berubah dan subkultur Casuals mencapai puncaknya pada akhir 1980-an. Dengan lahirnya scene musik Acid House, Rave and Madchester. Dan kekerasan dalam sub kultur Casuals memudar hingga batas tertentu.

1990s and 2000s

Pada pertengahan 1990-an, sub kultur Casuals mengalami kebangkitan besar, tetapi penekanan pada gaya telah sedikit berubah. Banyak para penggemar sepak bola mengadopsi Casuals tampak sebagai semacam seragam, mengidentifikasi bahwa mereka berbeda dari pendukung klub biasa. Merek seperti Stone Island, Aquascutum, Burberry dan CP company terlihat di hampir setiap klub, serta merek-merek klasik favorit seperti Lacoste, Paul & Shark dan Pharabouth.

Pada akhir 1990-an, banyak pendukung sepak bola mulai bergerak menjauh dari merek-merek yang dianggap seragam Casuals, karena polisi mulai memerhatikan tindak tanduk Casuals. Selain itu beberapa desainer juga menarik produk-produk mereka setelah tau bahwa produk-produk mereka di pakai oleh Casuals.

Meskipun beberapa Casuals terus memakai pakaian Stone Island di tahun 2000-an, banyak dari mereka yang telah mencopot logo kompas Stone Island sehingga merek pakaian mereka menjadi tidak ketahuan. Namun, dengan dua tombol masih menempel, orang yang tahu masih bisa mengenali pakaian Casuals lainnya. Pada akhir 90-an itu beberapa pasukan polisi mencoba untuk menghubungkan logo kompas Stone Island dengan neo-Nazi versi dari salib Celtic.

Karena itu, label pakaian baru mulai memperoleh popularitas di antara Casuals. Seperti halnya produk-produk pakaian dari merek-merek ternama yang laku dipasaran, barang palsu yang murah juga mudah didapat. Prada, Façonnable, Hugo Boss, Fake London Genius, One True Saxon, Maharishi, Mandarina Duck, 6.876, dan Dupe telah mulai mendapatkan popularitas luas.

Casual fashion telah mengalami peningkatan popularitas di tahun 2000-an, setelah beberapa band-band Inggris seperti The Streets dan The Mitchell Brothers menggunakan pakaian kasual olahraga dalam video musik mereka. Budaya Casuals pun telah diangkat ke dalam media visual seperti film-film dan program televisi seperti ID, The Firm, Cass, The Real Football Factory dan Green Street Hooligans 1 & 2.

Pada tahun 2000-an, label pakaian yang terkait dengan pakaian Casuals termasuk: Stone Island, Adidas Originals, Lyle & Scott, Fred Perry, Armani, Three stroke, Lambretta, Pharabouth dan Lacoste. Namun menjelang akhir dekade 2000-an banyak Casuals yang menggunakan label-label independen seperti Albam, YMC, APC, Folk, Nudie Jeans, Edwin, Garbstore, Engineered Garments, Wood Wood dan Superga. Namun merek besar seperti Lacoste, Ralph Lauren dan CP Company masih popular di kalangan Casuals.

THIS IS ULTRAS !!



 { ULTRAS }

Seorang "Ultras" sejati tidak memiliki nama, dimana hanya teman dekat yang mengetahui siapa mereka.
Seorang "Ultras" sejati tidak akan dikenal oleh orang lain, kepalanya selalu tertutup oleh “hood”, hidung dan mulutnya selalu ditutup oleh "scarf".
Seorang "Ultras" sejati tidak mengikuti tren mode dan hal teranyar lainnya.
Saat seorang "Ultras" berjalan dikeramaian, kendati tanpa logo suporter yang melekat, dia akan mudah dikenal orang lain.
Seorang "Ultras" sejati hanya menyerang jika mereka diserang, dan akan menolong jika diperlukan.
Seorang "Ultras" sejati tidak akan berhenti kendati tiba di rumah dan membuka scarfnya.
Seorang "Ultras" Sejati akan selalu bertarung tujuh hari dalam seminggu.

Ultras tua akan memimpin dan memberikan contoh kepada yang muda. Dan Ultras muda harus memberikan rasa hormat kepada yang tua. Ultras muda akan merasa bangga jika berdiri berdampingan dengan yang tua, mereka akan belajar dari kritikan si tua. Yang muda akan bersemangat jika mendapat jabatan tangan erat dari yang tua.
 
Saat orang awam melihat tingkah laku Ultras, mereka tidak akan mengerti, tetapi Ultras memang tidak ingin dimengerti atau mencoba menjelaskan arti keberadaan mereka kepada si awam. Setiap Ultras berbeda, ada yang mengenakan logo kelompok suporter atau timnya, ada juga yang tidak pernah menggunakan keduanya. Ada yang bepergian dalam sebuah kelompok, dan ada juga yang pergi secara individu.

Kendati berbeda, satu hal yang membuat mereka bersatu adalah kecintaan terhadap klub, hasrat mereka untuk berdiri selama 90 menit tidak peduli hujan atau dingin. Mereka bersatu dan menghangatkan diri dengan teriakan keras dan serempak, bersatu kendati tertidur setengah mabuk di sebuah kereta atau bis yang membawa mereka pada pertandingan tandang, bersatu karena konvoi di pusat kota tim lawan, bersatu karena berbagi sedikit makanan setelah berjam-jam menahan rasa lapar, bersatu karena berbagi sebatang rokok, bersatu karena berpenampilan sama, bersatu karena idealisme, dan bersatu karena memiliki mentalitas yang sama.

Semua hal diatas menyatukan kami sekaligus menjauhkan kami dari bagian dunia yang lain, dari orang tua yang khawatir, dari sepupu yang bodoh, dari teman sekolah atau rekan kerja, dari guru atau bos yang tidak memiliki rasa toleransi. Ultras tidak pernah melakukan vandalisme atau kekerasan tanpa alasan. Ini hanya cara untuk bertahan dari hidup yang sudah terkena krisis masalah sosial, acara televisi yang bodoh, disko yang terus menerus menarik anak muda dan terpenting tindakan represif yang tidak dapat dibenarkan (polisi dan federasi sepakbola).

Menjadi Ultras adalah seperti ini dan masih banyak lainnya seperti emosi dan hasrat yang tidak dapat dijelaskan kepada orang lain yang tidak mau mengerti, atau kepada orang yang biasa memutar kepala dan melanjutkan hidup di balik kaca, orang yang tidak memilik cukup NYALI untuk menghancurkan kaca dan memasuki DUNIA KITA! DUNIA ULTRA!

SEJARAH KATA FORZA DI ITALIA



AC Milan yang menggunakan Forza (untuk menandakan masa emas tahun 1985) untuk pertama kali. Forza yang berarti kekuatan dalam bahasa indonesia atau Force dalam bahasa inggris sudah digunakan untuk merayakan kemenangan klub ibukota pada tahun 1942, Bukti foto menunjukan pada scudetto 1942 AS Roma para pendukung klub sudah menggunakan kata Forza untuk merayakannya.

Terlebih, kalau tidak salah malah sebenarnya digunakan pertama kali yaitu saat parade kemenangan jendral besar Roma Scipio Africanus (abad ke 2 sebelum masehi) terhadap Hanibal, Teriakan Forza warga ibukota Roma, digunakan untuk menunjukan kekuatan militer Roma yang saat itu memenangkan peperangan dan kemenangan yang paling historikal, karena Hanibal adalah jendral musuh yang sangat ditakuti saat itu dan amat sangat mengancam keamanan ibukota Roma.
Sedangkan di Inter sendiri kata Forza baru ada di Tribun pada tahun 1961.





AGANITS MODERN FOOTBALL ( AMF )



Apa itu sepak bola modern seperti apa yang dimaksud? Apakah dampak dari sepak bola modern mempengaruhi bagi seorang supporter ?
Salah satu contohnya adalah Tim AUSTRIA SALZBURG yang sekarang telah berganti nama menjadi RED BULL SALZBURG dimana orang-orang kaya membeli tim itu lalu mengubah segalanya tentang tim itu, Mulai dari NAMA hingga Warna tim itu. Bahkan supporter tim itu tak diperkenankan memakai Jarsey lama dari AUSTRIA SALZBURG, dan ini berarti SEPAK BOLA MODERN telah melupakan masa lalu, Sejarah Tim dan Tradisi daritim itu sendiri. Aspirasi dari supporter dan fans tidak dimasukkan sebagi pertimbangan untuk memutuskan sebuah keputusan dalam Sepak Bola Modern. Dan kini semata - mata Supporter hanyalah Uang berjangka yang terus mengalir untuk mendapatkan sebuah tiket dengan Harga yang lebih WOW dari sebelumnya. Tak ada yang peduli ketika perlahan para Fans pergi, dan memakai uang simpanannya untuk mendukung timnya dalam laga away, yang padahal biasanya hanya bermain di akhir pekan saja.

Selain itu tugas supporter yang seharusnya tetap berdiri kini hanya duduk dan menonton saja sambil sesekali meneriakan kekesalannya. Kini Tampilan tak diperbolehkan, tak ada kembang api, Bendera dan Polisi pun kini bertindak lebih brutal terhadap supporter.Mereka menangkapi Supporter dengan tampilan yang dianggapnya sebagai biang kerusuhan dan melarangnya memasuki daerah stadion. Hanya dengan kecurigaan mereka bisa langsung menghakimi. Di eropa Semua supporter sudah muak diperlakukan seperti seorang penjahat dan di persulit akses menuju stadion . Semua kini di tentukan oleh Sponsor. Sponsor pula yang menentukan kapan pertandingan harus dimulai setelah memastikan sebagian besar pelanggannya duduk di depan TV.
Tapi usaha itu semua bagi kami hanyalah sia-sia saja, karena bagi kami:

Kami tidak mendukung sponsor yang berkontribusi pada permainan yang berlangsung selama seminggu full.
Kami tidak membeli produk di mana kita berpikir bahwa mereka memberikan kontribusi untuk mengubah sejarah sebuah tim ‘dan tradisi yang ada.
Kami tidak berlangganan Channel TV olahraga swasta karena memberi kontribusi untuk mengubah melepaskan tendangan kali, sehingga sulit bagi para fans mengikuti tim mereka di laga away.
Kami menentang semua tempat duduk stadion. Kami akan BERDIRI dan mendukung tim kami.!
Kami tidak akan menampilkan bendera dan spanduk yang diberikan kepada kita oleh pihak “sponsor” dan lebih baik memiliki yang lain dari pada nama kelompok kami atau nama tim kami diambil mereka.
Kami membenci musik disko sebelum, setelah dan di istirahat dari permainan, serta tarian menjijikan dan acara lainnya. Kami ada untuk menonton pertandingan sepak bola dan bukan teater cerdik!
Kami tidak ambil bagian dalam setiap jenis tampilan, semua diputuskan oleh orang lain dari luar fans kami. Tidak ada sponsor atau merek perusahaan yang dapat memberitahu kita kapan dan bagaimana untuk menghibur dan menampilkan warna serta dukungan kami.
Kami secara terbuka menerima setiap upaya untuk melestarikan gaya lama dukungan sepak bola dan bermain kami.
Kami seperti tim yang “baru” bersatu, kami mencoba untuk melestarikan tradisi dan masa lalu kami!

SEBUTAN ACAB BAGI POLISI



A.C.A.B dengan singkatan A.C.A.B. All Cops Are Bastard itulah kepanjangannya, hmm nampaknya dari kata tersebut mungkin langsung pada mengerti apa artinya secara hirarki kata “SEMUA POLISI ADALAH BAJINGAN !!!”, thats right dude… mengapa demikian??

Berasal dari setidaknya tahun 1940-an, dan digunakan sebagai slogan selama mogok para penambang Inggris, ACAB adalah singkatan sering diintegrasikan ke dalam penjara di Inggris, hal ini paling sering diberikan dengan satu huruf antara buku jari dan sendi pertama setiap jari, alternatif kadang terlihat sebagai titik kecil di seluruh buku jari simbolis masing-masing.

Sebenarnya ada beberapa versi kelompok yang mengamalkan A.C.A.B dalam suatu pergerakan mereka. Pada umumnya kelompok ini adalah kelompok dengan ras extrimis kiri, dimana ras ini menolak keras akan suatu ketidak adilan yang didapatkan dari Cops atau polisi. Kelompok extrimis itu salah satunya kelompok Ultras. Ultras adalah kelompok suporter anti terhadap polisi, alasan mereka menolak keras terhadap polisi adalah para polisi yang selalu mengacau dimana cita-cita ultras yang bertolak belakang dengan polisi. Para polisi biasanya menggunakan/atas nama keamanan mereka semena-mena terhadap kelompok yang memperjuangkan hak dan cita-cita mereka. Pasalnya jika terjadi insiden kecil saja, mereka memperbesar sutau insiden yang seharusnya dapat diselesaikan dengan kepala dingin, mereka mencammpuri, memprovokasi dan berpura-pura menangani situasi dimana hati mereka bersungguh-sungguh menghakimi dengan keji.

Dalam politik modern, baik neo-Nazi Skinhead dan sayap kiri / anarkis bajingan menggunakan “ACAB” sebagai slogan. Pada 7 Januari 2011, tiga penggemar sepakbola Ajax didenda karena memakai t-shirt dengan angka 1312 dicetak pada mereka. 1312 singkatan ACAB. Salah satu fenomena yang dekat dengan A.C.A.B adalah seluruh kelompok ultras di Italia menolak keadaan posisi polisi di dekat mereka di saat pertandingan sepakbola. Para ultras yang mempunyai basis tempat tersendiri (biasanya berposisi di belakang gawang, baik utara maupun selatan) melarang keras polisi mendekat, jika mereka mendekat sejengkal, perlawanan akan membrutal nyawa pun harus jadi tumbal. Terbukti pada kerusuhan di genoa 1 polisi mati akibat para ultras yang membrutal akibat tingkah polisi yang frontal.

Postingan ini saya terinspirasi dari seoranag yang sangat saya kagumi dimana kekaguman saya terhadapnya melebihi kekaguman terhadap presiden yang sangat menyebalkan yang lebih menyebalkan dari koneksi saya yang menurun secara ekspektasi, dimana dia menulis tentang police, dimana dia mengungkapkan kekesalanya dengan sedikit tulisan yang lugas, mengiris, dan extrimis !!!!, saya mulai terinspirasi dengan pemikirannya yang saya terapkan dalam jalan klompok ultras, karena saya sendiri seorang ultras. Dan slogan ALL COPS ARE BASTARD !!!! slalu melekat dalam diri.A.C.A.B dengan singkatan A.C.A.B. All Cops Are Bastard itulah kepanjangannya, hmm nampaknya dari kata tersebut mungkin langsung pada mengerti apa artinya secara hirarki kata “SEMUA POLISI ADALAH BAJINGAN !!!”, thats right dude… mengapa demikian??

Berasal dari setidaknya tahun 1940-an, dan digunakan sebagai slogan selama mogok para penambang Inggris, ACAB adalah singkatan sering diintegrasikan ke dalam penjara di Inggris, hal ini paling sering diberikan dengan satu huruf antara buku jari dan sendi pertama setiap jari, alternatif kadang terlihat sebagai titik kecil di seluruh buku jari simbolis masing-masing.

Sebenarnya ada beberapa versi kelompok yang mengamalkan A.C.A.B dalam suatu pergerakan mereka. Pada umumnya kelompok ini adalah kelompok dengan ras extrimis kiri, dimana ras ini menolak keras akan suatu ketidak adilan yang didapatkan dari Cops atau polisi. Kelompok extrimis itu salah satunya kelompok Ultras. Ultras adalah kelompok suporter anti terhadap polisi, alasan mereka menolak keras terhadap polisi adalah para polisi yang selalu mengacau dimana cita-cita ultras yang bertolak belakang dengan polisi. Para polisi biasanya menggunakan/atas nama keamanan mereka semena-mena terhadap kelompok yang memperjuangkan hak dan cita-cita mereka. Pasalnya jika terjadi insiden kecil saja, mereka memperbesar sutau insiden yang seharusnya dapat diselesaikan dengan kepala dingin, mereka mencammpuri, memprovokasi dan berpura-pura menangani situasi dimana hati mereka bersungguh-sungguh menghakimi dengan keji.

Dalam politik modern, baik neo-Nazi Skinhead dan sayap kiri / anarkis bajingan menggunakan “ACAB” sebagai slogan. Pada 7 Januari 2011, tiga penggemar sepakbola Ajax didenda karena memakai t-shirt dengan angka 1312 dicetak pada mereka. 1312 singkatan ACAB. Salah satu fenomena yang dekat dengan A.C.A.B adalah seluruh kelompok ultras di Italia menolak keadaan posisi polisi di dekat mereka di saat pertandingan sepakbola. Para ultras yang mempunyai basis tempat tersendiri (biasanya berposisi di belakang gawang, baik utara maupun selatan) melarang keras polisi mendekat, jika mereka mendekat sejengkal, perlawanan akan membrutal nyawa pun harus jadi tumbal. Terbukti pada kerusuhan di genoa 1 polisi mati akibat para ultras yang membrutal akibat tingkah polisi yang frontal.

Postingan ini saya terinspirasi dari seoranag yang sangat saya kagumi dimana kekaguman saya terhadapnya melebihi kekaguman terhadap presiden yang sangat menyebalkan yang lebih menyebalkan dari koneksi saya yang menurun secara ekspektasi, dimana dia menulis tentang police, dimana dia mengungkapkan kekesalanya dengan sedikit tulisan yang lugas, mengiris, dan extrimis !!!!, saya mulai terinspirasi dengan pemikirannya yang saya terapkan dalam jalan klompok ultras, karena saya sendiri seorang ultras. Dan slogan ALL COPS ARE BASTARD !!!! slalu melekat dalam diri.

Senin, 20 Oktober 2014

Arti & Komposisi Curva

CURVA ( NORD & SUD) 
CURVA (jamak: kurva) adalah istilah Italia atau nama untuk berdiri melengkung tempat duduk yang terletak di stadion olahraga, khususnya di Italia, dinamakan demikian, awalnya, karena bentuknya melengkung atau lentur mereka.Curva memainkan bagian integral dalam budaya ultras dan sepak bola Eropa. { Nord : Utara } sedangkang  { Sud = Selatan }. jadi  { Curva Nord = Tribun Utara, & Curva Sud = Tribun selatan }.


KOMPOSISI (Composition)
Mayoritas berdiri disebut sebagai "kurva" yang terletak di belakang gol di stadion masing-masing dan berisi pendukung paling vokal dalam diri mereka, sering dikenal sebagai ultras. Mereka biasanya melengkung dalam bentuk, dalam beberapa bentuk apakah kecil atau besar, sering karena adanya lintasan lari sekitar lapangan Stadion Giuseppe Meazza memberikan contoh dua berdiri menonjol disebut sebagai "kurva", ". Curva Nord "dan" Curva Sud ", yang hanya berisi kurva kecil di sudut mereka .

MAKNA (Significance)
Menjadi rumah bagi pendukung yang paling terbuka bergairah dalam stadion, para curva biasanya titik fokus dari dukungan klub. Hal ini sering menjadi ajang menampilkan koreografer dramatis dukungan dan kadang-kadang, penolakan untuk tim atau klub. Ini menampilkan sering mengambil suatu kepentingan mereka sendiri, terutama dalam permainan yang melibatkan rival di mana kedua kelompok pendukung bertujuan untuk mengalahkan satu sama lain. Di negara-negara tertentu, terutama yang di mana klub dan pendukung olahraga sangat mencerminkan budaya setempat, curva dapat menjadi sangat dipolitisir di alam. Oleh karena itu, tidak jarang untuk curva yang akan dibagi menjadi faksi individu atau kelompok, baik secara sendiri maupun secara parsial, berdasarkan pada politik, dan satu kelompok untuk memegang kendali yang signifikan dari curva dan penduduknya pada hari pertandingan.