CURVA NORD PERSIJAP X ULTRAS PERSIJAP 1954
Ultras diambil dari bahasa latin yang
mengandung artian ‘di luar kebiasaan’. Kalangan ultras tidak pernah berhenti
menyanyi mendengungkan yel-yel lagu kebangsaan tim mereka selama pertandingan
berlangsung. Mereka juga rela berdiri sepanjang pertandingan berlangsung
(karena negara-negara yang terkenal dengan ultras nya seperti Argentina dan
Italia, menyediakan tribun berdiri di dalam salah satu sudut stadion mereka).
Selain itu pun para ultras paling senang menyalakan kembang api atau petasan di
dalam stadion karena hal itu didorong untuk mencari perhatian, bahwa mereka hadir di dalam kerumunan manusia di dalam stadion.
“As an ultra I identify myself with a
particular way of life. We are different from ordinary supporters because of
our enthusiasm and excitement. This means, obviously, rejoicing and suffering
much more acutely than everybody else “.
Nukilan kalimat dari seorang anggota
Brigate Rossonere, salah satu ultras AC Milan, membantu kita untuk mengenali
fenomena ultras. Ultras bukanlah sekadar kumpulan suporter (tifosi) biasa
melainkan kelompok suporter fanatik nan militan yang mengidentifikasikan secara
sungguh-sungguh dengan segenap hasrat dan melibatkan dengan amat dalam sisi
emosionalnya pada klub yang mereka dukung.
Ultras mempelopori suporter yang amat
terorganisir (highly organized) dengan gaya dukung 'teatrikal' yang kemudian
menjalar ke negara-negara lain. Model tersebut sekarang telah begitu
mendominasi di Pran...cis, dan bisa dibilang telah memberi pengaruh pada
suporter Denmark 'Roligans', beberapa kelompok suporter tim nasional Belanda
dan bahkan suporter Skotlandia 'Tartan Army'.
Model tersebut masyhur karena
menampilkan pertunjukan-pertunjukan spektakuler meliputi kostum yang
terkoordinir, kibaran aneka bendera, spanduk & panji raksasa, pertunjukan
bom asap warna-warni, nyala kembang api (flares) dan bahkan sinar laser serta
koor lagu dan nyanyian hasil koreografi, dipimpin oleh seorang CapoTifoso yang
menggunakan megaphones untuk memandu selama jalannya pertandingan.
Dalam tradisi calcio, ultras adalah
"baron" dalam stadion. Mereka menempati dan menguasai salah satu sisi
tribun stadion, biasanya di belakang gawang, yang kemudian lazim dikenal dengan
sebutan curva. Ultras tersebut menempati salah satu curva itu, baik nord (utara)
atau sud (selatan), secara konsisten hingga bertahun-tahun kemudian. Utras dari
klub-klub yang berbeda ditempatkan pada curva yang saling berseberangan. Selain
itu, berlaku aturan main yang unik yaitu polisi tidak diperkenankan berada di
kedua sisi curva itu.
Kelompok Ultras yang pertama lahir
adalah (Alm.) Fossa dei Leoni, salah satu kelompok suporter klub AC Milan, pada
tahun 1968. Setahun kemudian pendukung klub sekota sekaligus rival,
Internazionale Milan, membuat tandingan yaitu Inter Club Fossati yang kemudian
berubah nama menjadi Boys S.A.N (Squadre d'Azione Nerazzurra). Fenomena ultras
sempat surut dan muncul lagi untuk menginspirasi dunia dengan aksi-aksi
megahnya pada pertengahan tahun 1980-an.Fenomena ultras sendiri diilhami dari demontrasi-demontrasi yang dilakukan anak-anak muda pada saat ketidakpastian politik melanda Italia di akhir 1960-an. Alhasil, sejatinya ultras adalah simpati politik dan representasi ideologis. Setiap ultra memiliki basis ideologi dan aliran politik yang beragam, meski mereka mendukung klub yang sama. Ultras memiliki andil "melestarikan" paham-paham tua seperti facism, dan komunism socialism.
Mayoritas ketegangan antar suporter disebabkan oleh perbedaan pilihan ideologis daripada perbedaan klub kesayangan. Untungnya, dalam tradisi Ultras di Italia terdapat kode etik yang namanya Ultras codex. Salah satu fungsi kode etik itu "mengatur" pertempuran antar ultras tersebut bisa berlangsung lebih fair dan "berbudaya". Salah satu etika itu adalah dalam hal bukti kemenangan, maka bendera dari ultras yang kalah akan diambil oleh ultras pemenang. Kode etik lainnya ialah, seburuk apapun para tifosi itu mengalami kekejaman dari tifosi lainnya, maka tidak diperkenankan untuk lapor polisi.
Dewasa ini, ultras kerap dipandang sebagai lanjutan atau warisan dari periode ketidakpastian dan kekerasan politik 1960-an hingga 1970-an. Berbagai kesamaan pada tindak tanduk mereka disebut sebagai bukti dari sangkut paut ini. Kesamaan-kesamaan itu tampak pada nyanyian lagu - yang umumnya digubah dari lagulagu komunis tradisional - lambaian bendera dan panji, kesetiaan sepenuh hati pada kelompok dan perubahan sekutu dengan ultras lainnya, dan, tentunya, keikutsertaan dalam kekacauan dan kekerasan baik antara mereka sendiri dan melawan polisi!
Ultras itu sekelompok supporter tetapi dia sangat fanatik trhadap tim yg di dukung'a.. selalu mengibarkan panji2 kebesaran tim yg mereka dukung.. mereka bukan supporter biasa yg hanya duduk dan diem aja di stadion,. tetapi mereka itu atraktif, selalu menyanyikan lagu2 buat tim'a, membawa bendera besar ke stadion, membawa Red Flare, nampilin banner yg besar di stadion, menampikan Coreography dan satu yg penting.. "MEREKA SELALU BERDIRI SELAMA MENONTON PERTANDINGAN SAMBIL BERNYANYI UNTUK MENDUKUNG TIMNYA.."
mereka tergolong supporter yang ekstrim dlm bertindak (GARIS KERAS).. mereka jg memiliki ideologi politik tersendiri yg di anut, seperti Politik Sayap Kiri atau Sayap Kanan.. yg Sayap Kiri cenderung Ekstrim dlm bertindak, smentara yg Sayap Kanan masih patuh sma aturan, gag terlalu ekstrim klo bertindak..
oia, Ultras itu biasanya memiliki basis tersendiri di Stadion,.
seperti Ultras di Eropa , mereka selalu menetapi Tribun blakang gawang...
maka'a sebutan mereka adalah Curva Sud/ Curva Nord (Sud= Selatan , Nord= Utara).. gag pernah ada sebutan Curva Est dan Curva Covest..
Ultras sendiri punya kode etik di antara Ultras.. yaitu, mereka klo fight itu sifat'a open fight.. untuk merebut Banner/ bendera kebesaran yg jd simbol suatu grup Ultras.. dlm fight tersebut, mereka di larang melibatkan Polisi, karna Polisi itu HARAM.. A.C.A.B (All Cops Are Bastard)
Curva/ Tribun bagi Ultras, POLISI gag boleh masuk .
Ultras diambil dari bahasa latin yang
mengandung artian ‘di luar kebiasaan’. Kalangan ultras tidak pernah berhenti
menyanyi mendengungkan yel-yel lagu kebangsaan tim mereka selama pertandingan
berlangsung. Mereka juga rela berdiri sepanjang pertandingan berlangsung
(karena negara-negara yang terkenal dengan ultras nya seperti Argentina dan
Italia, menyediakan tribun berdiri di dalam salah satu sudut stadion mereka).
Selain itu pun para ultras paling senang menyalakan kembang api atau petasan di
dalam stadion karena hal itu didorong untuk mencari perhatian, bahwa mereka hadir di dalam kerumunan manusia di dalam stadion.
Ultras mempelopori suporter yang amat
terorganisir (highly organized) dengan gaya dukung 'teatrikal' yang kemudian
menjalar ke negara-negara lain. Model tersebut sekarang telah begitu
mendominasi di Pran...cis, dan bisa dibilang telah memberi pengaruh pada
suporter Denmark 'Roligans', beberapa kelompok suporter tim nasional Belanda
dan bahkan suporter Skotlandia 'Tartan Army'.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar